img

Artikel

Defisit Neraca Dagang Desember 2018 Tembus US$1,1 Miliar

Posted by on 23 Januari 2019

img

Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik melaporkan neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,1 miliar pada Desember 2018.

Nilai defisit ini disebabkan oleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$14,18 miliar atau lebih rendah dibandingkan impor yang mencapai US$15,28 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengungkapkan defisit ini mengecil dibandingkan bulan sebelumnya.

"Jika dilihat, polanya berbeda karena lebih disebabkan oleh nonmigas sebesar US$883,2 juta," terangnya dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta. Selasa (15/1/2019).

Kendati demikian, BPS mencatat neraca migas sepanjang Desember 2018 juga mengalami defisit sebesar US$218,8 juta. Ke depannya, Suhariyanto mengingatkan agar pemerintah tetap waspada seiring dengan adanya ancaman perlambatan ekonomi di sejumlah mitra dagang utama Indonesia.

Lebih lanjut, BPS mencatat nilai ekspor Desember 2018 turun 4,89% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini dipicu oleh penurunan ekspor nonmigas sebesar 8,15%, sedangkan ekspor migasnya naik 27,34%.

Terpangkasnya ekspor juga dipengaruhi oleh jumlah hari efektif selama Desember 2018 dan penurunan harga di beberapa komoditas akibat perlambatan ekonomi di beberapa negara mitra dagang Indonesia.

Berdasarkan sektor, ekspor migas masih mengalami peningkatan sebesar 27,34% menjadi US$1,75 miliar pada Desember 2018 dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, ekspor sektor pertanian mengalami penurunan 6,72% menjadi US$300 juta dibandingkan November 2018. Penurunan ini didorong oleh penurunan hasil hutan bukan kayu, mutiara, dan cengkih.

Dari sektor pengolahan, ekspor Indonesia mengalami penurunan 6,92% menjadi US$10,01 miliar didorong oleh penurunan ekspor kendaraan roda empat, besi baja, dan kimia organik. Ekspor tambang juga menyusut 4,89% menjadi US$14,18 miliar karena dipicu oleh penurunan ekspor tembaga, lignite, serta biji logam lainnya.

Di sisi lain, meski impor tercatat menyentuh US$15,28 miliar, tapi posisinya lebih rendah 9,6% dibandingkan bulan sebelumnya.

Dari penggunaannya, impor konsumsi mengalami kenaikan 1,86% seiring dengan pemenuhan konsumsi jelang libur Natal dan Tahun Baru. Adapun peningkatan konsumsi terjadi untuk komoditas buah-buahan seperti anggur dan apel serta daging beku.

Khusus impor barang baku dan bahan penolong, impor mengalami penurunan sebesar 13,49% menjadi US$11,13 miliar. Penurunan terjadi untuk komoditas minyak mentah dan beberapa barang kimia.

Sementara itu, impor barang modal tercatat masih tumbuh 3,36% menjadi US$2,69 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.

(sumber :https://ekonomi.bisnis.com/read/20190115/9/878729/defisit-neraca-dagang-desember-2018-tembus-us11-miliar)